31 January 2010

Seberkas Kisah Klasik

HATI DAN HIDUPKU

Kehidupan adalah suatu kisah perjalanan jiwa dalam mencari arti hidup. Aku hidup bersama jiwaku dan berusaha untuk selalu menghargai hidup orang lain. Aku pun memiliki kisah hidupku sendiri yang telah aku mulai dan aku tak tahu di mana akan berhenti. Saat ini, aku sedang menjalani kisah hidup sebagai seorang remaja yang mencoba untuk menuliskan skema hidup sesuai khayalanku.

Aku memulai dunia remaja dengan memasuki dunia SMA yang aku pikir akan penuh dengan gemerlap warna-warni kebahagiaan dan aku memutuskan untuk melalui masa remajaku di SMA Negeri 1 Kebumen. Aku menjalani hari demi hari dengan berjuta kisah suka dan haru yang berlalu silih berganti. Aku sering tertawa bahagia, tetapi tak jarang juga aku hanyut dalam kesedihan. Semua itu pernah aku rasakan. Itu menyisakan banyak goresan putih mengkilap dalam ingatan yang begitu sulit aku lupakan karena memang hal itu terlalu berharga untuk dibuang begitu saja. Namun, tak sedikit pula hal yang menjadi trauma mengerikan dan begitu sulit dihapus walaupun sudah susah payah aku ingin melenyapkannya. Melalui tulisan ini, aku akan menceritakan sepenggal kisah yang aku ukir selama singgah di kelas XI IPA 1.

Aku selalu bermimpi untuk mewujudkan mimpi-mimpiku dan salah satu mimpi itu adalah aku ingin tergabung dalam komunitas kelas XI IPA 1 yang selama ini menyandang predikat sebagai kelas “unggulan”. Untuk meraih angan itu, aku tidak hanya duduk diam menunggu datangnya keajaiban, tetapi aku selalu berusaha untuk menggapai mimpi itu dengan tanganku. Aku pun merasa sangat bangga dan bahagia saat aku mengetahui bahwa Allah SWT mengabulkan doa-doaku. Kenyataan di hadapanku ternyata sesuai dengan mimpi yang telah aku buat. Itu merupakan pencapaian yang sangat mengagumkan bagiku.

Hariku di XI IPA 1 aku mulai dengan senyuman karena aku yakin bahwa aku akan menjalani kisah hidup yang sesuai dengan khayalanku. Aku pun sudah tak asing dengan wajah teman-teman sekelasku karena sebagian besar adalah teman yang sama saat aku duduk di kelas X, dan beberapa teman baru yang belum aku kenal. Layaknya orang-orang yang memasuki dunia baru, aku pun masih merasa canggung untuk berkenalan dan masih berusaha beradaptasi, aku baru berkenalan dengan berberapa teman saja. “Ini baru hari pertama, aku pasti bisa mengenal semuanya seiring waktuku di kelas ini,” pikirku.

Sesi mengenal teman pun dimulai saat Wali Kelas XI IPA 1 yang sudah aku kenal yaitu Ibu Tri Lestari mulai mengabsen satu per satu siswa. “Aku sudah tahu beberapa nama,” gumamku. Momen berkenalan sungguh merupakan hal yang sangat unik bagiku. Hari itu dilanjutkan dengan agenda penentuan nama kelas dan pengurus kelas. Momen itu menjadi momen yang sangat bagus, keadaan mulai mencair dan aku pun mulai mengenal satu per satu teman baruku. Hingga akhirnya, kelas XI IPA 1 berubah nama menjadi METANA. Aku pun berpikir, “Aku akan nyaman di kelas ini.”

Perjalanan hidupku di kelas METANA pun berlanjut dan aku masih tetap hidup dalam mimpiku. Kenyataan yang hadir dari langkah kaki dan pemikiranku selama dua bulan di kelas ini ternyata sangat jauh dari apa yang aku harapkan sebelumnya. “Aku tidak nyaman di kelas ini!” pikiran itu tiba-tiba menyeruak keluar begitu saja saat aku merasakan semuanya begitu individualistis, mungkin begitu juga aku. Aku tidak tahu apa penyebabnya, tetapi aku merasakan aroma persaingan yang begitu kuat, terutama setelah pelajaran mulai berjalan efektif. “Mungkin inilah takdir kelas unggulan!”

Ketidaknyamanan yang aku rasakan bertambah saat aku tahu bahwa banyak guru yang membebankan sesuatu yang seharusnya tidak kami (anak-anak METANA) tanggung. “Harus jadi yang terbaik”, “harus sempurna”, “tidak boleh gagal”, kata-kata itu selalu membayangi kami. Mungkin kata-kata itu baik untuk memotivasi diri kami, tetapi aku sungguh tidak nyaman dengan status seperti itu, bagiku itu terlalu berlebihan. Aku tidak tahu bagaimana perasaan teman-temanku tentang hal ini, tetapi aku pikir mereka juga merasakan hal yang tidak jauh berbeda dengan yang aku rasakan. “Inikah nasib kelas unggulan?!”

Awalnya, aku kaget menerima keadaan yang asing seperti itu. Namun, waktu merubah segalanya. Perasaan kesal dan tidak nyaman pun perlahan luruh. Liga SMANSA menjadi titik balik yang bisa merubah kenyataan mengerikan itu. Tanpa diduga, METANA bisa berubah menjadi kelas yang kompak dan sangat menyenangkan, saat kami bersama-sama berjuang dengan satu visi dalam Liga SMANSA. Semua anak turut berpartisipasi dan saling memberikan dukungan untuk mencapai hasil yang menjadi tujuan akhirnya, yaitu kemenangan dalam Liga SMANSA. Walaupun kami hanya bisa menjadi Runner up Liga Voli serta masuk ke perempat final Liga Sepak Bola dan Liga Basket, tetapi itu semua menjadi tidak penting lagi, karena ada hal yang lebih berharga yang kami raih, yaitu “kebersamaan” yang merupakan mimpi kami yang sebenarnya.

Aku mendapat pelajaran dari pengalaman itu bahwa tidak semua mimpi bisa jadi kenyataan, akan ada mimpi yang tetap menjadi mimpi, dan kenyaatan akan tetap menjadi hal terbaik walaupun terasa pahit, karena kenyataan menyimpan berbagai hal menakjubkan yang jauh lebih indah dari sekedar mimpi. Namun, jangan pernah berhenti bermimpi, teruslah berusaha untuk mewujudkan mimpi itu.

Dinamika hidupku tidak hanya terbatas di dalam kelas METANA saja. Aku pun mengikuti banyak organisasi di sekolah yang tentu saja lebih banyak memberikan ukiran manis di ingatanku. Melalui organisasi-organisasi di sekolah aku mulai keluar dari “duniaku” dan menyadari bahwa dunia itu luas, banyak hal baru yang belum aku tahu, dan semua hal itu jauh dari anganku sebelumnya. Pengalaman berorganisasi itu memberikan banyak pelajaran bagiku. Aku belajar bersahabat, menghargai orang lain, belajar bekerja sama, mencintai lingkungan, bercengkrama dengan alam, berani menghadapi orang lain, belajar memecahkan banyak masalah, belajar memikul tanggung jawab, belajar sabar dan ikhlas, serta banyak hal lain yang membuat aku lebih banyak belajar untuk menempuh hidup. Aku pun bisa menjadi sedikit lebih dewasa. Mungkin.

Aku bergaul dengan banyak teman, laki-laki maupun perempuan, dan aku pun punya beberapa sahabat dekat sekaligus temanku berbagi. Namun, layaknya manusia biasa, aku juga memiliki perasaan lebih kepada seseorang, yang mungkin bisa dibilang itu “cinta”. Aku mencintai seorang perempuan yang aku kenal sejak kelas X, karena dulu kami satu kelas. Akhirnya, aku dan dia menjalin “hubungan spesial” saat kelas XI.

Hari-hariku bersamanya begitu menyenangkan. Dia yang selalu memberi semangat, menghiburku, membuatku tersenyum, mengingatkanku, membantuku, berbagi cerita denganku, dan banyak sekali hal lain yang dia lakukan untukku dalam suasana senang ataupun sedih. Aku sering tertawa bersamanya walaupun aku juga pernah menangis di hadapannya. Baik senyum ataupun air mata, semua itu begitu berharga untuk dihilangkan dan itu adalah pesona baru dalam kisahku. Warna emas yang menjadi klimaks kebahagiaan perasaanku. “Aku sayang dia,” pikiran itulah yang selalu muncul saat aku mengingatnya.

Ukiran-ukiran yang beraneka ragam itu membuatku semakin yakin akan indahnya hidup ini dan aku pun sedikit mengerti tentang arti hidup. Hidup ini adalah saat kita mampu berbagi dengan orang lain, mengenal orang lain, menyayangi orang lain, dan membuat orang-orang yang kita sayang selalu tersenyum. Jadikan hidupmu berguna bagi hidup orang lain. Tidak peduli apa pun yang terjadi dalam hidupmu, selama kamu mensyukuri semua yang diberikan Allah SWT kepadamu, semua akan menjadi indah.

Satu lagi proyek besar yang terjadi dalam hidupku yang telah membuatku semakin sadar bahwa Allah SWT benar-benar Maha Megetahui dan Maha Agung yaitu saat aku dan teman-teman METANA dihadapkan dengan proyek “Drama Kelas METANA”. Aku yang “bukan siapa-siapa” ini ternyata dipercaya untuk menjadi Ketua Pelaksana dalam proyek besar itu. Aku senang, tetapi perasaan yang lebih besar yaitu perasaan takutku. Aku takut, aku tidak percaya diri, aku tidak yakin akan bisa menanggung beban yang sangat berat itu di pundakku. Itu adalah tanggung jawab terbesar yang pernah aku dapat.

Aku memulai proyek besar itu dengan berunding bersama teman-teman. Aku berusaha tenang menghadapi tanggung jawab ini, tetapi aku juga tidak bisa membohongi perasaanku bahwa aku merasa takut jika nantinya mengecewakan teman-temanku. Aku pun seringkali berpikir, ”Apa aku bisa?”

Hari demi hari berlalu dan waktu untuk pementasan drama pun semakin dekat. Masalah-masalah dalam proyek itu pun mulai bermunculan. Pergantian jadwal pementasan berulang kali berganti, maju mundur tidak karuan. Aku pun berkali-kali berunding dengan teman-teman tentang masalah itu. Masalah waktu pementasan sudah usai, masalah lain datang, sekarang tinggal masalah sistem pementasannya. Pementasan yang awalnya ingin dilaksanakan dalam satu hari, ternyata harus berubah menjadi dua hari. Hal itu juga menyebabkan beberapa hal lain harus ikut dirubah. Aku pun semakin merasa pusing dan semakin takut jika nantinya akan gagal. “Aduh...!”

Satu minggu sebelum pementasan adalah puncak kesibukan semua anak METANA dalam menangani proyek itu. Banyak sekali hal yang harus dipikirkan dan dipersiapkan, seperti dekorasi panggung, konsumsi, sound system, iuran, dan izin tempat, belum lagi setiap anak juga harus menyiapkan pementasan drama kelompoknya masing-masing. Aku bekonsentrasi penuh untuk menyelesaikan proyek itu karena aku tidak ingin gagal dan mengecewakan semua temanku.

Waktu pementasan pun semakin dekat dan satu per satu masalah mulai bisa diatasi walaupun semuanya serba mepet. Aku pun mulai bisa merasa santai dan mempersiapkan pementasan drama kelompokku. Akhirnya, waktu yang ditunggu pun tiba yaitu “show time”. Seluruh kelompok menampilkan drama yang sangat bagus dan memukau. “Sungguh menakjubkan!,” pikirku. Hingga akhirnya Drama Kelas METANA pun selesai dipentaskan.

“Fiuh......!” Aku sungguh sangat merasa lega dan senang proyek besar itu bisa berhasil dilaksanakan walaupun mungkin tidak banyak hal yang bisa aku lakukan dan hal itu jauh dari yang teman-temanku harapkan. Namun, aku lega karena sudah bisa melaksanakan tanggung jawabku itu. Aku semakin bahagia karena ternyata Drama Kelas METANA menjadi yang terbaik di antara kelas XI IPA yang lain. Itu adalah hal yang sangat..................wonderful bagiku.

Melalui tulisan ini aku ingin berterima kasih kepada Ibu Tuti yang telah banyak membantuku khususnya atas tercapainya hasil bagus dalam Drama Kelas METANA. Terima kasih atas semua pengorbanan, jerih payah, kesabaran, ilmu, dan segalanya yang telah Ibu berikan kepadaku. Aku juga ingin minta maaf atas semua kesalahanku, semua perkataan maupun perbuatan yang membuat Ibu sedih, marah, ataupun kecewa. Aku mohon maaf yang setulus-tulusnya. Semoga segala sesuatu yang telah Ibu persembahkan akan dibalas dengan balasan yang jauh lebih baik oleh Allah SWT. Amin.

Aku juga ingin mengucapkan berjuta terima kasih kepada teman-teman METANA tercinta yang telah memberikan banyak kenangan indah selama satu tahun ini. Suka, duka, canda, tawa, cinta, air mata, lelucon, kerja sama, jabat tangan, tepuk tangan, sorak-sorai, kemeriahan, keheningan, dan segalanya yang telah terjadi. Aku senang bisa mengenal kalian semua dan semoga persahabatan ini akan terus terjalin. Aku tidak akan mengucapkan kata perpisahan karena kita memang tidak akan pernah terpisah, kita akan tetap menjadi keluarga METANA. Aku juga ingin minta maaf kepada kalian atas semua sikap tidak menyenangkan yang pernah aku lakukan dan semua hal buruk lain yang pasti banyak sekali aku perbuat. Maaf jika aku tidak bisa jadi teman yang baik dan telah membuat kalian kecewa. Aku benar-benar minta maaf.

Sepenggal kisah hidup itu menyisakan berjuta pelajaran yang tak ternilai bagiku. Aku sekali lagi belajar dari pengalaman, karena memang ternyata benar bahwa “Pengalaman adalah guru yang terbaik”.

Jangan pernah berpikir tentang bagaimana kita menjalani hidup, karena hidup itulah yang dengan sendirinya akan menunjukkan kepada kita bagaimana seharusnya kita hidup. Kita hanya perlu belajar bagaimana mensyukuri hidup.

Aku yang sesaat tidak yakin akan bisa melakukan sesuatu dan takut akan kegagalan ternyata bisa melalui itu semua. Kuncinya adalah bagaimana kita mau berusaha melaluinya dengan keteguhan hati dan yang akan kita dapatkan adalah kepuasan hati pada akhirnya, karena “Impossible Means I’m Possible”. ^_^

0 comments:

Post a Comment